Prevalensi karies gigi susu pada anak balita cukup tinggi. Pendidikan
bagi orangtua untuk memperhatikan kesehatan gigi dan mulut anak perlu
ditingkatkan.
”Edukasi bagi orangtua bisa memanfaatkan
para kader posyandu,” kata Risqa Rina Darwita, dalam pengukuhan Guru
Besar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan Fakultas Kedokteran Gigi, di
Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Sabtu (21/4). Dalam pengukuhan
guru besar yang dipimpin Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri, Risqa
menyampaikan pidato berjudul ”Pemberdayaan Kader Posyandu dalam
Mengurangi Risiko Keparahan Karies Gigi Susu”.
Prevalensi karies gigi anak usia
prasekolah di Jakarta tahun 1988 tercatat 85,17 persen. Tahun 2011,
angka kejadian pada anak usia 3-5 tahun 81,2 persen.
Risqa menjelaskan, ada beberapa faktor
yang memperparah karies gigi pada anak balita. Kebiasaan makan yang
tidak tepat menjadi salah satu pemicu. Contohnya, anak berangkat tidur
dengan botol berisi susu atau minuman yang mengandung gula.
Akibatnya, demikian Risqa, anak tidur
dengan cairan manis di gigi. Karbohidrat dari gula merupakan medium yang
baik bagi mikroorganisme asidogenik penyebab karies. Pada malam hari,
jumlah air liur turun sehingga pembersihan cairan di rongga mulut
menjadi lambat, lalu terjadi proses demineralisasi asam.
Orangtua perlu membiasakan anak balita
menjaga kebersihan mulut dengan menggosok gigi. Studi di Jepang tahun
2002 menunjukkan, perilaku kesehatan gigi orangtua berpengaruh terhadap
indeks karies gigi anak.
Karies gigi susu pada anak bisa
berdampak serius. Anak bisa sulit makan dan lebih suka minum susu atau
makanan lunak. Hal ini membuat anak berisiko kekurangan asupan gizi
seimbang yang dibutuhkan pada masa pertumbuhan. Sebaliknya, gizi
seimbang dapat menurunkan karies gigi susu pada anak balita.
0 Response to "Tingginya Kasus Karies pada Anak Balita"
Posting Komentar